Selamat siang, teman-teman. Siang di long weekend ini, pada ngapain aja? Gegoleran di rumah aja? atau main ke luar jalan-jalan? Atau ada yang masih kerja? Buset, ada yang masih kerja aja yaa, hihi. Semangat ya, yang pada masih kerja. Aku tim gegoleran di rumah, sambil mencari inspirasi untuk memulai ngeblog lagi. Selama dua tahun menjelang tiga tahun terakhir ini (tak terasa ya!), aku memulai sesuatu yang baru, yang benar-benar belum pernah kubayangkan sebelumnya.
Table of Contents
Tim Ingin Mencoba Segala Sesuatu
Selepas bekerja dan menikah, kemudian mengurus rumah tangga, aku merasa memang seperti meneggelamkan cita-citaku jaman dahulu. Ketertarikanku bergeser pada urusan memasak, menjahit, bahkan merajut. Memang, ada masa-masa dimana aku sangat senang dengan ketiga hal tersebut. Karena aku punya konsekuensi jam kerja, hobi tersebut kulakukan ketika masuk waktu libur. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, ternyata aku kini memiliki keinginan yang bergeser, yaitu menulis. Sempat sih terbayang ingin menjadi teman yang lebih dahulu sukses, bisa menerbitkan buku, dan akhirnya resign dari pekerjaan. Sempat juga terbayang menjadi jurnalis (aneh banget sih kalau ini). Masa pandemi memang membuatku berpikir aku menjadi manusia yang bermacam-macam dan ingin mencoba segala sesuatu wkwkwk.
Mencoba Hal Baru Di Luar Pekerjaan, Apakah Bisa?
Kemudian, timbul pertanyaan dalam diriku. Apakah bisa ya, aku memulai sesuatu yang baru di luar pekerjaanku sehari-hari? Orang bilang, sesuatu yang kuat muncul dalam diri kita, dan kita sangat ingin melakukannya serta rela mengeluarkan effort lebih disebut passion. Tapi apakah benar passion-ku nge-blog? Berbekal bertanya-tanya (survey dulu ceritanya), teman yang lebih dulu sukses menjadi penulis dan blogger, akhirnya memberikanku pencerahan, kenapa tidak dimulai saja dulu? Yap, benar sekali. Semacam iklan Toko**dia.
Napak Tilas Perjalanan Ngeblogku
Jujur, sebenarnya nge-blog itu di luar ekspektasiku, sebenarnya. Setelah bekerja di luar rumah dan mengurus anak yang notabene cukup menyita perhatianku, kok aku bisa ya memutuskan untuk menceburkan dalam dunia per-nge-blog-an ini? Dari sepengamatanku, mereka para blogger itu pandai merangkai kata, rela begadang, pintar mendesain, dan punya jaringan yang kuat. Tak sedikit yang menjadi manusia nokturnal, sama halnya para programmer yang lebih suka ketenangan di malam hari.
Mengikuti Kelas Menulis
Jadi ceritanya, perjalananku untuk serius membuat blog dimulai ketika pandemi. Ketika awal-awal pandemi, kondisi di rumah saja membuatku mencari kegiatan yang bisa membangkitkan semangat, sekaligus tidak perlu repot-repot hadir fisik keluar. Bosan dengan rutinitas yang itu-itu saja, akhirnya aku memutuskan untuk ikut kelas menulis. Kelas menulis yang kuikuti waktu itu berbayar, sih. Tapi aku cukup senang, pasalnya bertemu dengan orang baru di luar circle kita yang biasanya, mengharuskanku untuk belajar membuka pikiran. Dengan sebuah komunitas itu, aku belajar menulis secara konsisten perhari dengan media instagram dan blog.
Menulis Sebagai Media Healing
Entah kenapa, aku membuka blog yang pernah kubuat, aku udah lupa, tahun berapa ya. Mungkin sekitar tahun 2011-an. Udah usang banget kan ya, teman-teman. Akhirnya, aku coba buka lagi blog itu, dan kucoba isi. Tak heran, jika ternyata komentar teman-teman sekelompokku dan coach menulis waktu itu bilang, “Kamu nulisnya masih asal nulis, menuangkan apa yang ada di pikiran dan memindahkan ke blog, tidak lebih.” Jleb juga sih. Tapi memang benar adanya. Karena, pada tahap awal aku membiasakan menulis memang sebagai media healing.
Sudah dibayangkan lah, bagaimana kondisi pandemi dengan segala huru-haranya. Betapa sumpek pikiran kalau tidak dituangkan dalam sebuah tulisan, hehehe. Jadi poinnya di sini yaa, teman-teman. Awal aku menulis memang tujuanku sebagai healing. Akupun tidak berharap lebih. Aku berusaha membuka pikiranku, dan mencoba menerima kritik dan saran yang masuk, serta berusaha memperbaikinya sembari tetap menulis.
Bergabung Dalam Komunitas
Tahun berikutnya, aku mencoba bergabung dalam komunitas lain. Di komunitas yang satu ini, kuakui memang luar biasa. Selain para peserta tidak dibebankan biaya tapi menerima ilmu gratis, deretan prestasi anggotanya membuatku tercengang. Betapa keren sekali orang-orang itu. Mungkin aku ingin menjadi salah satunya, pikirku saat itu.
Tanpa ragu, akhirnya aku memutuskan diri untuk bergabung. Ternyata, dua bulan menjadi waktu yang panjang hingga aku menemukan apa yang selama ini kucari. Asiiiik..:) Keinginan untuk mengembangkan blog pribadi-ku menjadi sebuah showcase yang cantik terlihat meski untuk diriku akhirnya tercapai. Dengan beberapa tantangan demi tantangan yang mesti dilewati, hingga akhirnya aku bisa memiliki sebuah blog dengan domain TLD. Yeeay!
Menghasilkan Cuan Dari Blog, Bisakah?
Banyak yang mengatakan, perjalanan membenahi blog tidak jarang dibarengi dengan adanya job beriringan. Akupun pernah merasakannya, teman. Sungguh perasaanku saat itu adalah apakah blogku pantas untuk mendapatkan job? Awalnya sih, coba-coba,ya. Perkara diterima atau tidak diterima, itu urusan belakangan. Alhamdulillahnya, aku mendapatkan sponsored post pertamaku di tahun 2022! Nilainya tak seberapa, tapi kupikir cukup untuk membayar perpanjang domain-ku di akhir tahun nanti. Ditabung dulu jadinya, hehehe.
Menghasilkan cuan dari nge-blog bukan tidak mungkin sih. Meskipun bisa dibilang blogku masih cupu, setidaknya aku senang. Aku punya sesuatu hiburan di luar pekerjaan rutinku. Kalau sehari-hari aku bergelut dengan gaya bahasa yang baku dan formal, dengan ngeblog aku bisa bebas dan lebih fleksbiel menyuarakan pikiranku, hehehe.
Saat ini, aku sungguh merasa senang sekaligus merasa sebuah tanggung jawab berada di pundakku. Kok bisa? Sudah punya blog bagus kok dianggurin begitu saja? Sudah punya media yang siap meluncur kok enggak dimanfaatkan? Pertanyaan demi pertanyaan lain yang berputar di otakku, seakan mengingatkan bahwa aku harus memberikan manfaat lagi. Bukan sebatas cuan saja, tapi juga kebermanfaatan untuk sekitar.
Setelah masuk dalam dunia per-blogging-an ini, aku juga senang sekali bertemu dengan orang-orang hebat. Salah satu diantaranya adalah Kak Karunia Sylviani Sambas, pemilik salah satu blog yang sangat menginspirasi. Dengan tagline Ketika Jejakku Menginspirasimu, Kak Karunia seakan memberitahu dunia bahwa kita bisa memberikan inspirasi bagi orang lain dalam hal apapun yang kita bisa berikan. Siapa sangka pula, Kak Karunia ini juga seorang midwife, sebuah profesi yang mungkin belum in line dengan dunia perblogging-an. Selain Pancasila, memang kurasa blogging juga bisa menjadi pemersatu bangsa ini, Eh.
Kesimpulan
Untuk saat ini, aku hanya berharap blogku ini menjadi sebuah pemicu untukku konsisten menulis. Kalau belum bisa perhari. Satu hal yang harus kuingat, semakin banyak menulis hal positif, semakin banyak manfaat yang ditebar. Semakin banyak hal positif ditulis, akan menjadi penyemangat untuk sekitar. Semakin banyak info kutulis, akan banyak orang yang menemukan apa yang mereka cari. Seorang bloger pernah mengatakan, “Membuat blog itu mudah. Tapi yang sudah adalah proses ngeblognya. Karena butuh konsistensi dan komitmen untuk menulis.” Maka, bismillah, 2023 aku harus rajin ngeblog lagi!