Ditulis oleh Dandi Birdy dan Diah Mahmudah, pasangan psikolog, psikoterapis, dan juga konselor keluarga ini memberikan suguhan menarik dalam sebuah buku yang berjudul Literasi Emosi, Intelligence with a Heart. Betapa pentingnya literasi emosi sepertinya menjadikan alasan kenapa buku ini hadir dan terbit, sebagai dukungan bagi orang tua untuk memberikan literasi emosi kepada anak-anaknya di era saat ini. Apalagi di masa pandemi COVID-19, yang meskipun sudah menunjukkan tanda-tanda penurunan rupanya permasalahan emosi pada anak dan orang tua tetap menjadi PR besar yang harus segera ditangani dan diselesaikan.
Sebuah survey yang disusun oleh Dandiah Care pada tahun 2021 menyebutkan bahwa sekitar 75-80% mengaku tidak mendapatkan literasi emosi baik di rumah, di sekolah, ataupun di masa kecil mereka. Cukup mengejutkan, karena angka 75-80% itu tidak sedikit. Secara garis besar berarti anak-anak memang belum mendapatkan pengajaran mengenai literasi emosi baik di lingkungan rumah atau terdekat mereka.
Adanya kenyataan tersebut seperti menjadi pisau bermata dua yang seakan memberikan kenyataan pahit, tapi juga memberikan kesadaran tersendiri bagi orang tua untuk cepat-cepat sadar, bahwa masalah literasi emosi ini harus segera diselesaikan. Pasalnya, ketidakmampuan seorang anak untuk mengelola emosinya akan sangat berpengaruh dalam hubungan pertemanan, keluarga, pekerjaan, dan lingkungan yang lebih luas.
Beruntung sekali, buku berjudul Literasi Emosi, Intelligence with a Heart telah menjadi salah satu bagian yang menyadarkan bagi para orang tua untuk mendidik anaknya mengenai kecerdasan emosi. Lalu apa saja yang disampaikan? Pada bagian awal buku ini kita akan diajak mengenal terlebih dahulu tentang emosi. Rupanya, emosi dan rasa adalah dua hal yang berbeda, meskipun keduanya memiliki persamaan dan saling terkait. Selain itu, di bagian awal juga disebutkan mengenai apa saja fungsi emosi, jenis emosi, kuadran emosi, dan bahasa yang terkait dengan ekspresi dari proses mental seseorang. Jadi sebelum dijelaskan lebih mendalam, dari awal sudah dijelaskan terlebih dahulu basicnya.
Di bab selanjutnya, kita akan diajak lebih mendalam untuk tahu bagaimana teknis mengasah hati dengan Emphaty. Cukup menarik, karena ternyata metode ini merupakan akronim dari:
E : Emosi orang lain dan kebutuhan emosinya
M : Mimik wajah, bahasa tubuh orang lain, dan memberikan respons yang tepat
P : Peduli memberikan bantuan sesuai kebutuhan orang lain tanpa diminta
H : Hadir berkoneksi dalam momen emosional orang lain tanpa menghakimi
A : Asih kepada orang lain tanpa membedakan SARA (suku, ras, agama, antar golongan) dan juga perbedaan lainnya
T : Tempatkan diri pada sudut pandang orang lain dan menghargainya
Y : Yakin pada efek domino kebaikan dan keburukan yang akan kembali pada diri sendiri
Pada beberapa bagian bab akhir dijelaskan mengenai cara mengelola emosi dan bagaimana bisa berdamai dengan pemaafan. Ternyata, mengelola emosi bukan hanya bagi orang tua, tapi perlu juga diajarkan pada anak sejak dini. Pengenalan pada anak ini lebih difokuskan ketika anak mulai menginjak masa pendidikan (tujuh tahun ke atas), yaitu ketika ia sudah tuntas mengenali dunia rasa dan emosi, serta tombol kendali dan tombol moral mulai aktif (halaman 114). Adapun pendekatan yang dilakukan adalah dengan berbasis pada biopsikososial dan spiritual (lima pilar sehat mental).
Secara garis besar, isi keseluruhan buku ini telah tersampaikan dengan baik dan ilmiah serta komprehensif. Apa yang menjadi semangat dari Dandi Birdy dan Diah Mahmudah untuk membawa semangat untuk mengelola emosi, sebuah logo yang diusung adalah help people to help themsleves rupanya telah berhasil. Dari bab ke bab lainnya bukan hanya dijabarkan teori semata, melainkan dilengkapi dan diperkuat dengan sesi praktik dan aplikasi serta sesi refleksi, sehingga orang tua langsung bisa mempraktikkan dan mengevaluasi sejauh mana tahap yang telah dipelajari. Sebagai penutup, buku ini juga menyuguhkan sesi assessment literasi emosi yang seakan memberikan kesimpulan bahwa dari kegiatan demi kegiatan yang telah dilakukan orang tua apakah sudah berhasil secara keseluruhan atau belum. Hal itu ditunjukkan dengan scoring, dari angka 1 s.d. 10, sejauh apa perilaku anak telah menunjukkan kemampuan literasi emosi?
1-4 : Anak belum menunjukkan atau sudah menunjukkan perilaku dalam pernyataan, tetapi masih minim.
5-6 : Anak sudah menunjukkan perilaku dalam pernyataan, tetapi belum optimal dan konsisten
7-10: Anak sudah menunjukkan perilaku dalam pernyataan, sudah optimal dan konsisten (jika skor makin besar maka makin optimal dan konsisten makin kuat.
Sampai disini, membuat saya tidak sabar untuk segera mengaplikasikannya untuk melakukan assessment bagi anak saya pribadi. Karena, mengajarkan literasi emosi kepada anak tidak selesai dalam sehari dua hari, melainkan hasil dalam waktu yang lama yang outputnya tidak langsung terlihat. Adanya buku ini seperti membantu orang tua untuk mengajarkan literasi emosi kepada anak dan bisa langsung dipraktekkan. Kalau teman-teman berminat, bisa langsung menghubungi Teh Diah Mahmudah yang bisa dihubungi melalui IG nya @dandiahconsultant.
10 Komentar. Leave new
Bukunya keren sekali, kak..
Wajib masuk keranjang, nih..
Makasih kak reviewnya
Iyaa Kak.
Rasa-rasanya, kian hari kecerdasan emosional kian menurun. Sampai-sampai ada praktisi pendidikan George Churros mengkampanyekan masuknya empati ke dalam rancangan pembelajaran di sekolah. Semoga setelah covid ini selesai, orang-orang makin sadar, dan masalah yang berhubungan dengan kecerdasan emosional dapat menurun.
Aamiin Mbaa
MasyaAlalhu ternyata emphaty ada penjelasan perkatanya, yaa….dan pas banget juga. Kereen.
betul mbaa.. dibuat akronim menurut teh diah. masyaallah ya
Bukan hanya anak-anak saja, sepertinya aku pun perlu membaca buku ini buat diriku sendiri. Semoga Allah mudahkan proses mengolah emosi dan rasa ini supaya bisa jadi contoh (yang terdekat bagi adik-adik). Ulasan apik, Kak Thia!
Wah aku baru tau sih ternyata ada tentang literasi emosi, kupikir ia hanya berupa emosi yang terjadi sehari-hari. Pun aku baru tau ternyata emosi dan rasa itu punya perbedaan. Bahkan literasi emosi ini ternyara mesti diupayakan sejak sedini mungkin. Aku jadi tertarik sama bukunya secara penuh dan bisa jadi pembelajaran.
Wahh ini keren banget sih bukunya. Sangat sangat memberikan sumbangsih untuk kebahagiaan anak dan keluarga dan pengaruhnya benar-benar besar.
Harus nabung dlu kayaknya, pengen bangett
Bukunya bagus banget ya kak, cocok banget lagi buat aku otw masuk keranjang nih