Bingung mau menulis apa. Pernah nggak sih teman-teman merasakan kehampaan, kayak tiba-tiba nge-blank, ngga ingat apa yang mau dipikirin. Kayaknya saya sering. Dan saya seringkali merasakan begini ketika lagi banyak urusan. Lagi banyak yang harus dipikirkan. Dan semuanya serasa mengalir seperti air.
Saya membayangkan otak kita itu seperti sebuah kotak. Dia memiliki kapasitas tertenu. Kalau terlalu banyak yang dipikirkan, terlalu banyak yang diurusin. Ia akan kepenuhan. Otak menyimpan informasi-informasi yang kita baca atau kita ingat. Jika sudah melebihi kapasitasnya, maka yang terjadi adalah overload. Nah, bagaimana mengatasi nge-blank ini, dari pengalaman saya sendiri, ada beberapa tips yang bisa teman-teman coba.
1. Menentukan Prioritas Kegiatan
Menurutku, cara kita mengisi kegiatan sehari-hari harus punya prioritas. Nggak akan bisa semua urusan dianggap penting. Menurutku itu mustahil. Saya pernah menyimak salah satu vlog di youtube, yang mengatakan bahwa jangan terlalu banyak membuat To Do List. Tulis beberapa hal saja yang menurut kita prioritas dan penting. Misalnya, kita adalah seorang ibu rumah tangga yang bekerja. Dalam mengisi waktu 24 jam, apakah mungkin kita akan menganggap semua masalah itu penting? Saya rasa tidak.
Dalam sehari, tentukan mana yang paling prioritas. Bagi seorang ibu bekerja, keluarga adalah yang utama. Apapun itu. Misalkan saja, segi kesehatan dan segi pendidikannya. Dari sisi kesehatan bisa di-breakdown lagi kedalam gimana makannya sehari-hari, bagaiaman cara makannya, apakah dia senang atau tidak. Lalu, apakah semua hal ini harus kita kerjakan sendiri? Tergantung dari seberapa penting kita memprioritaskannya. Ada item-item kegiatan kecil yang mendukung kegiatan penting, tapi bisa kita alihkan ke orang lain. Misalnya, memasak, beres-beres. Hal kedua adalah pendidikannya. Jika seorang ibu bekerja merasa tidak sepenuhnya bisa menemani anaknya, ia bisa mencari support system, bisa dari keluarga, atau asisten rumah tangga. Tetapi tentu saja, semua itu harus dibawah kendali seorang ibu. Jangan sampai, support system tersebut berlawanan, atau punya pendapat sendiri yang bertolak belakang. Maka, disinilah peran seorang ibu bekerja untuk menentukan mana-mana saja prioritasnya.
2. Mem-filter informasi
Dari dunia online yang sangat luas dan penuh hingar bingar ini, akan sangat rawan sekali kita memakan terlalu banyak informasi. Ditambah dengan banyaknya media sosial yang memanjakan orang-orang, bisa menjadi pisau bermata dua jika kita tak pandai memanfaatkannya. Untuk itu, dalam sehari kita perlu membatasi diri sendiri screen time kita. Bukan hanya anak-anak saja, orang tua juga perlu menerapkan screen time. Menurut saya, 30-60 menit sudah cukup untuk menerima informasi yang random dari luar, instagram, facebook, twitter misalnya. Itupun, kalau saya masih saya pilih-pilih lagi. Saya hanya mem-follow akun-akun yang benar-benar saya butuhkan. Ya nggak apa-apa sih kalau kita mau memfollow yang bener-bener asing, tapi kita harus menyiapkan hati kalau menemui informasi yang bisa saja bersebrangan dengan yang kita yakini. Bisa jadi, toxic.
3. Menulis jurnal
Saya termasuk orang yang suka menuliskan informasi, baik yang berupa suhuf-suhuf atau lembaran-lembaran kertas, atau dalam sebuah buku. Meskipun pada akhirnya, bukunya seringnya ganti-ganti, hiks. Dengan menulis, kita bisa menuangkan apa yang kita rasakan, apa yang kita inginkan, serta belajar mengenali diri sendiri. Cara mudahnya, semua tulisan itu membantu mengingatkan kita juga. Memasuki usia kepala tiga ini, hal-hal penting yang perlu saya ingat biasanya saya tulis dalam sebuah notes. Semakin banyak urusan, dari mulai keluarga dan pekerjaan, menuntut saya untuk mengingat dan menemukan semua hal dalam waktu cepat. Untuk itu, saya perlu menulis.
4. Merenung untuk mengenali diri sendiri
Istilahnya bermeditasi. Tapi kalau menurut saya, sebagai seorang muslim, bisa menggunakan waktu selepas shalat. Lima menit saja sudah cukup. Apalagi di waktu fajar, atau sebelum subuh, di saat pikiran kita masih fresh. Nah untuk kegiatan ini, bisa saja kita sambung dengan membuat jurnal kontemplasi. Jika teman-teman tidak punya waktu di pagi hari atau terlalu sibuk, bisa saja memindahkannya ke malam hari. Sepuluh menit sebelum tidur. Saya rasa, dengan merutinkan kegiatan ini, kita bisa menata kembali pikiran kita.
Dari keempat tips tadi, semoga bisa membantu rumitnya pikiran kita dalam sehari-hari. Waktu kita tidak banyak, teman-teman. Dua puluh empat jam sehari, dikalikan seminggu, dan tiba-tiba sudah sampai ke bulan berikutnya. Jika kita tidak memaksimalkan waktu tersebut, yang ada adalah penyesalan. Maka, mari kita menata kembali dan me-refresh kembali informasi-informasi yang masuk ke dalam pikiran kita. Jangan membiarkannya seperti kotak yang terbuka setiap waktu, dan terbuka untuk informasi apapun. Kita-lah yang berhak menentukkanya, karena sejatinya kita juga yang kelak akan mempertanggungjawabkannya.
4 Komentar. Leave new
Masuk langkah pertama aja kadang susah hihihi dasar aku. Terima kasih, Kak, sudah mau share kiat supaya nggak ngeblank. Coba deh kupraktekin dulu minggu ini~
Menulis jurnal sama merenungi diri sendiri adalah trik paling dekat dengan aku, sih.
Suka sama tips n triknya. Apalagi bagian menulis jurnal, itu bener banget sih kaya diari jatuhnya
Untuk poin pertama tuh kadang awalnya lancar, lama-kelamaan buyar karena ada gangguan tak terduga. Jatuhnya harus bener-bener konsisten untuk menjalaninya.
Menempatkan poin menentukan prioritas kegiatan di urutan pertama udah paling bener kak, meski sering meleset, hiks. Hanya dengan kita tau apa prioritas kegiatan semua jadi terarah ya kak