Selamat malam, teman-teman. Lautan merupakan salah satu bagian dari Indonesia yang wajib kita perhatikan kelestariannya. Negara kita ini memang terkenal dengan kekayaan lautnya. Selain diapit oleh dua samudera besar di dunia, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, Indonesia memiliki 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut dan 950 spesies terumbu karang.Wajar jika kemudian Indonesia dijuluki marine mega biodiversity.
Meskipun kelihatan dari atas hanya kebiru-biruan saja, jika dilihat secara mendalam, laut merupakan sebuah ekosistem besar yang menyimpan makluk hidup di dalamnya.
Sebenernya aku bukan termasuk orang yang suka laut-lautan. Bahkan berenangpun tak bisa. Tapi, mengetahui ekosistem laut di Indonesia, serta ikut serta dalam pelestariannya wajib bagi kita. Minimal, kita lakukan hal kecil yang kita bisa.
Salah satu hal yang menarik terkait ekosistem bawah laut, adalah terumbu karang. Terumbu karang ini sekumpulan hewan karang yang bersimbiosi (interaksi) dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Masuk ke dalam jenis filum Cnidaria, kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Dikutip dari detik.com, terumbu karang terdiri dari satu polip yang bentuknya seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel.
Awalnya aku mengira, terumbu karang ini sejenis tumbuhan. Nyatanya tidak, ia adalah hewan yang unik dengan bentuk dan warna beraneka rupa yang dapat menghasilkan CaCO3 (kalsium karbonat).
Table of Contents
Luas Terumbu Karang di Indonesia
Menurut Badan Pusat Statistik, luas ekosistem terumbu karang mencapai 2,53 juta hektare (ha) pada tahun 2021. Dari jumlah tersebut, 270,16 ha merupakan kawasan konversi.
Dari segi pulau, terumbu karang terluas di Indonesia terdapat di Pulau Sulawesi yaitu 894.076,88 ha. Disusul Sumatera, Maluku, Nuda Tenggara dan Sumatera, lalu Jawa.
Habitat Terumbu Karang
Hewan ini merupakan habitat bagi ribuan spesies lain di bawah laut. Umumnya, ia hidup di pinggir pantau atau daerah yang masih terkena sinar matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut.
Hal yang bisa “membunuh” ekosistem terumbu karang adalah adanya pemanasan global. Salah satu contoh adalah pemanasan global yang melanda perairan tropis pada 1998, yang menyebabkan adanya pemutihan karang (coral bleaching). Akibat peristiwa ini, terumbu karang mengalami kematian masal sekitar 90-95%. Selain itu, rata-rata suhu permukaan air di Indonesia pun ikut berubah menjadi 2-3 derajat di atas suhu normal.
Kondisi Kerumbu Karang
Kondisi terumbu karang di Indonesia mengalami perburukan dari tahun ke tahun. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengonfirmasi kerusakan terumbu karang di Indonesia. Kerusakan terumbu karang ini menjadi ancaman yang serius karena mempengaruhi ekosistem laut secara keseluruhan.
Di Indonesia, pemutihan terumbu karang terjadi 4 kali. Paling besar terjadi pada 2016. Pertama kali, pemutihan karang terjadi pada bulan Mei s.d. Juli 1983 yang mengalami kematian hingga 90% dari tutupan karang yang ada di perairan Laut Cina Selatan, Selat Sunda, Laut Jawa, Bali, dan Lombok. Pemutihan kedua terjadi pada tahun 1997 hingga Februari 1998.
Pemutihan yang ketiga terjadi pada April hingga Juni 2010 yang tingkat kematiannya mencapai 30 persen dari total tutupan karang yang ada di perairan utara dan barat Sumatera, Bali, Lombok, dan Wakatobi. Sedangkan pemutihan terakhir terjadi pada bulan Maret s.d. Juni 2016, yang mengalami kematian hingga mencapai 30 hingga 90 persen dengan area cakupan di perairan NTT, NTB, selatan Jawa, Barat Sumatera, utara Bali, Karimun Jawa dan Selayar.
Menurut pakar terumbu karang, Suharsono dari LIPI, dulu pemutihan karang terjadi dalam selang waktu 14 tahun sekali, kemudian 12 tahun sekali, dan kini menjadi 6 tahun sekali.
Penyebab Rusaknya Terumbu Karang
Beberapa penyebab rusaknya terumbu karang yaitu
- Pengambilan secara ilegal
Karena keindahannya, kadang kala membuat orang berminat untuk mengambil terumbu karang secara ilegal. Selain dijadikan aksesoris, terumbu karang juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
2. Pembangunan di pesisir pantai
Pembangunan pesisir pantai bisa menyebabkan kerusakan pada terumbu karang. Dengan adanya reklamasi, akibatnya cahaya akan terhalang untuk masuk ke laut
3. Pencemaran limbah
Pencemaran limbah baik rumah tangga maupun industri memang menjadikan ekosistem air laut dapat tercemar.
4. Penambangan
Penambangan ini maksudnya adalah untuk mendapatkan terumbu karang yang bernilai ekonomi. Jika dilakukan penambangan terus menerus, maka lambat laun akan punah.
5. Penangkapan ikan secara ilegal
Penangkapan ikan secara ilegal juga bisa menyebabkan kerusakan terumbu karang. Penggunaan pukat harimau, bahan peledak, serta racun sianida akan menyebabkan kerusakan terumbu karang.
6. Penebangan hutan mangrove
Salah satu fungsi hutan mangrove adalah sebagai pencegah abrasi dan memfilter air. apabila terjadi kerusakan pada hutan mangrove maka dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang.
7. Pestisida
Penggunaan Pestisida dapat menyebabkan kerusakan ekosistem laut.
Dengan 7 penyebab tersebut. Dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang. sebagai manusia kita harus menjaga kelestarian Ekosistem terumbu karang. nah, bagaimana cara melestarikannya?
Ada beberapa cara untuk melestarikan terumbu karang yaitu :
- Tidak membuang sampah sembarangan
Membuang sampah sembarangan dapat mencemari lingkungan. Setelah terbawa oleh sungai, ada kemungkinan sampah akan mencapai laut. Jika sudah sampai disana, ekosistem terumbu karang dapat terancam
- Tidak melakukan penambangan terumbu karang secara ilegal
Dengan edukasi yang efektif kepada masyarakat, maka penambangan ilegal akan berkurang. Kita bisa memulainya dari diri sendiri.
- Tidak memperparah pemanasan global
Pemanasan global memang memiliki peran yang besar pada kerusakan terumbu karang. Maka sebisa mungkin jangan melakukan hal-hal yang dapat merusak terumbu karang.
- Menjaga kelestarian Hutan mangrove
Sebagaimana penjelasan di atas, hutan mangrove memiliki fungsi yang besar.
- Mengurangi Emisi dengan menggunakan sepeda atau berjalan kaki
Mengurangi kendaraan bermotor dan lebih banyak berjalan kaki dapat mengurangi terjadinya pemanasan global.