Selamat malam, teman-teman. Perkembangan transportasi di Indonesia memang mengalami kemajuan yang signifikan. Seiring dengan berkembanganya era digitalisasi, dari segi transportasipun tak mau kalah. Salah satunya adalah adanya kereta commuter line (CL)
Tahun 2007, saat dimana aku mulai merantau di Jakarta. Kalau mau pulang kampung, pasti melewati stasiun Tanah Abang, karena disitulah tempat mangkalnya kereta perjalanan jarak jauh Bengawan. Kereta yang pas sama kantong mahasiswa. Harganya mungkin tak sampai 100.000 rupiah untuk tujuan Klaten, waktu itu.
Untuk menuju Stasiun Tanah Abang, ada opsi menaiki Kereta Commuter, maupun kereta konvensional dari jaman dulu, yang berangkat dari Rangkas Bitung. Aduh, apa ya namanya, lupa. Tapi yang masih kuingat adalah kenangannya tidak mendapatkan tempat duduk.
Menaiki kereta dari Rangkas Bitung itu, sebagian besar penumpang lain adalah pedagang yang bawaannya bisa saja hasil bumi seperti pisang, maupun kue-kue tradisional. Hal yang paling kuingat waktu itu adalah, pernah nggak dapat tempat duduk, dan saking penuhnya, sampai berdiri di pinggir pintu, sama seperti ketika naik bis (nggantung) istilahnya.
Karena kereta masih konvensional, memang kadang pintu tidak selalu dikunci. Padahal kalau dipikir-pikir, ini sangat rawan sekali adanya kecelakaan. Bahkan yang paling ekstrem adalah berdiri di atas gerbong. Duh, eksterm banget pokoknya.
Nah, ketika kembali ke Jakarta mulai tahun 2015, rupanya kereta Commuter Indonesia (KCI) telah berbenah dari waktu ke waktu. Kereta jarak jauh yang masih konvensional tadi sudah tidak ada lagi. Dan perjalanan dari Stasiun Pondok Ranji ke Stasiun Tanah Abang sepenuhnya menggunakan kereta commuter line.
Perubahan nama resmi Kereta Commuter Indonesia (KCI) sendiri resmi diumumkan pada tahun 2017, melalui Keputusan Menteri Hukum dan HAM nomor AHU-0019228.AH.01.02 tanggal 19 September 2017.
Saat ini, kereta Commuter Line telah menjadi salah satu moda transportasi para pekerja yang berdomisili di wilayah aglomerasi (Jabodetabek). Kalau dipikir-pikir, jarak dari Tangerang Selatan ke Jakarta Pusat ini tidak main-main jauhnya, mungkin bisa ditempuh sekitar 1 jam dengan kendaraan bermotor, tapi cukup 20 menit saja dengan KCI (meskipun belum termasuk waktu naik ojeknya, hehehehe). Apalagi mereka yang berdomisili di Bogor, Depok, harus berangkat mulai ba’da Shubuh atau sekitar pukul 5.30 agar sampai di Jakarta Pusat pukul 7.00. Wow sekali ya perjuangannya.
Table of Contents
Modernisasi Kereta Commuter Line
Resmi dilaksanakan mulai tahun 2011, kereta KCI memang resmi berbenah menuju perubahan yang lebih baik.
1. Pengadaan Gerbong Kereta Khusus Wanita
Menanggapi isu adanya pelecehan sesama penumpang di KRL, perusahaan akhirnya memutuskan pengadaann gerbong khusus wanita di ujung KCI.
2. Penerapan Sistem Tiket Elektronik (e-ticketing)
Penerapan sistem inipun memang berkembang juga. Dari mulai penggunaan Kartu Multi Trip, kartu uang elektronik dari bank, hingga Tiket Harian Berjaminan (THB). Hingga saat ini, yang masih bertahan adalah penggunaan kartu uang elektronik dan kartu multi trip. Bahkan, saat ini penggunaan KMT telah mulai bisa digunakan untuk membayar parkit di stasiun KRL, menaiki kereta Bandara Soekarno-Hatta, dan dalam masa percobaan untuk tiket Transjakarta, MRT Jakarta, dan LRT Jakarta.
3. Sistem Tarif Progresif
Dengan penerapan sistem ini, maka penumpang akan dikenakan biaya berdasarkan jarak. Kalau aku sendiri sebagai pengguna, hanya dikenakan Rp3.000,- untuk sekali perjalanan dari Stasiun Jurang mangu menuju Stasiun Tanah Abang. Nah, batas minimal penggunaan kartu juga kalau tidak salah Rp5.000,-.
Dengan ketiga modernisasi tersebut, Kereta Commuter Indonesia memang saat ini digadang-gadang sebagai moda transportasi andalan untuk wilayah Jabodetabok, demi mengurangi kemacetan yang ada di Ibukota.
Salah satu keunggulan lain yang diterapkan oleh Kereta Commuter Indonesia adalah memberikan kenyamanan bagi para penyandang disabilitas, yaitu Ruang Pelayanan Disabilitas yang tersedia di Stasiun Juanda, sebagai stasiun pusat kegiatan PT Kereta Commuter Indonesia.
Penumpang disabilitas dapat memberikan informasi terkait jam kedatangan mereka menggunaan nomor whatsapp 0812-9660-5747, sehingga akan mendapatkan pelayanan yang maksimal dari pihak stasiun.
Melihat Jadwal Kereta dengan Aplikasi C-Access
Kalau teman-teman ingin mengetahui rute dan jadwal kereta yang paling terbaru, bisa menggunakan aplikasi C-Access yang tersedia di Google Play Store. Dengan aplikasi ini, kita bisa melacak kereta kapan saja, dan melihat jadwal kereta serta melihat perkitaan tarif perjalanan. Dengan begitu, kita bisa menentukan kira-kira mengisi saldo uang elektronik berapa rupiah.
Selain itu, kita bisa mendownload rute perjalanan kereta yang terbaru tanpa pusing googling di internet.
Pengalaman Menggunakan Kereta Commuter Indonesia
Selain kelebihan dan kemudahan yang disediakan oleh Kereta Commuter Indonesia, tentu saja ada kekurangan dan pengalaman yang tidak mengenakkan yang harus dihadapi oleh pengguna. Nah, beberapa cerita yang pernah kuketahui ini ada beberapa nih, khususnya di gerbong wanita.
1. Naik kereta di jam rush hour
Naik KCI di jam rush hour memang luar biasa perjuangannya, sih. Apalagi di gerbong wanita. Tak heran, para wanita harus mengeluarkan kemampuan “yoga” dan mendorongnya agar mampu masuk ke dalam gerbong, meski harus dorong-dorongan dengan penumpang lain. Batasnya adalah sampi pintu bisa tertutup dan penumpang tidak bergerak. Duh maksudnya gimana ya, kalau masih bisa goyang kanan kiri berarti gerbong wanita belum penuh.
2. Kasus pencopetan/pencurian
Hal yang sangat disayangkan adalah kasus pencurian di dalam kereta. Ketakutan akan hal ini, membuat penumpang harus selalu menaruh barangnya di depan. Dari awal masuk stasiun, hingga keluar stassiun. Akupun sampai terheran-heran, apa gunanya membawa tas backpack kalau pada akhirnya ditaruh di depan, kan?
3. Keterlambatan perjalanan
INi merupakan hal yang bisa terjadi dan waktunya tidak bisa ditentukan. Karena termasuk orang yang mengandalkan kereta sebagai moda transportasi utama, mau nggak mau harus bersahabat dengan ini dan harus bisa mengantisipasinya. Apalagi jika musim hujan telah tiba, biasanya akan ada keterlambatan kereta entah karena keretanya yang sedang dalam perbaikan, maupun gangguan komunikasi.
Meskipun begitu, aku tetap menggunakan KCI, karena mempertimbangkan kepraktisannya dan hemat waktu. Selain itu, tidak terlalu capek, meskipun kalau pagi harus berdiri cukup lama. Apalagi, KCI selalu berbenah dari waktu ke waktu. Semoga saja, kedepannya, akan lebih mempermudah pengguna sehingga lebih banyak yang merasakan manfaatnya.