JIka mengingat-ingat masa remaja, rasa-rasanya banyak hal yang belum dilakukan. Masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Masa remaja, digadang-gadang menentukan nasib bangsa ke depannya. Maka, masa remaja hendaknya terlepas dari isu kenakalan yang kian hari kian merebak.
Sebagai orang tua, tentu menjadi tantangan yang luar biasa. Membentuk anak-anaknya untuk menjadi remaja harapan yang memiliki karakter. Pembentukan karakter ini memang tidak sak deg sak nyet, tapi dimulai dari masa kanak-kanak.
Hasil mesin pencarian menunjukkan bahwa isu kenakalan remaja ini tidak main-main. Dimulai dari yang paling ektrem seperti pergaulan bebas, merokok, pergi dari rumah, tawuran, dan kekerasan di sekolah. Semakin dicari satu-satu, yang ada semakin miris. Apakah seperti ini remaja harapan bangsa?
Table of Contents
Penyebab Kenakalan Remaja
Secara garis besar, ada dua penyebab, yaitu diri sendiri dan lingkungan.
1. Diri Sendiri
Penyebab seperti krisis identitas, kurangnya fondasi ruhani, dan belum menemukan jati dirinya menjadi penyebab utama kenakalan remaja. Pada usia remaja, ia mulai mencari siapa sebenarnya dan bagaimana ia menentukan masa depannya. Sejatinya, remaja harus sudah memiliki kontrol atas dirinya sendiri, dan mendapatkan pengakuan dari lingkungan juga merupakan hal yang penting. Apabila hal itu tidak dapat dipenuhi, remaja akan terus mencoba hingga menemukan hal yang cocok dengan dirinya. Disinilah peran orang terdekat menjadi penting. Apabila salah mendapat perhatian, ia akan terjerumus pada pergaulan yang salah.
2. Lingkungan
Keluarga yang hangat, lingkungan sekolah dan teman-teman yang baik menjadi tempat yang baik untuk bertumbuh. Sebaliknya, kondisi keluarga yang tidak nyaman seperti brokenhome, adanya perundungan di sekolah, atau bergaul dengan orang yang tidak baik akan membuat remaja kehilangan pegangan. Tak jarang, ia akan memilih untuk mengambil sikap kekerasan, melakukan hal yang dilarang, tawuran, dll.
Mengenal Tahap Fase Remaja
Melansir dari Association of Maternal & Child Programs, terdapat tiga fase remaja yang dikelompokkan berdasarkan perkembangan usia, yaitu fase remaja awal (10-13 tahun), fase remaja pertengahan (14-17 tahun), fase remaja akhir (18-24 tahun).
1. Fase Remaja Awal (10-13 tahun)
Ciri paling menonjol pada fase ini adalah adanya perubahan bentuk fisik baik pada laki-laki maupun perempuan. Beberapa anak mengalami masa menstruasi pada usia 12 tahun atau rata-rata 2 hingga 3 tahun setelah dimulainya perkembangan payudara.
Ciri lain yang juga muncul biasanya adalah adanya sifat egosentris atau keinginan untuk menyendiri dan mandiri. Mereka akan mulai membentuk privasi pada diri sendiri, dan seringkali tidak berminat bergabung dengan saudara jika memang itu bukan keinginan mereka sendiri.
Pada fase ini, orang tua sebaiknya mulai memahami munculnya ciri-ciri pada anak mereka. Jangan sampai ketika anak sudah masuk ke fase awal remaja, tapi orang tua masih menganggap mereka seperti adik-adiknya.
2. Fase Remaja Pertengahan (14-17 tahun)
Pada masa ini, remaja akan mengalami lanjutan perubahan fisik seperti munculnya jerawat atau perubahan suara yang lebih berat bagi laki-laki. Pencarian jati diri seharusnya sudah dimulai pada masa ini. Tak jarang, remaja akan sedikit banyak tertarik dengan lawan jenisnya, maka orang tua harus memberikan pemahaman dan batasan.
Kesalahan menangani remaja pada fase ini akan membuat mereka mencari dukungan dari lingkungan lain yang membuatnya nyaman. Syukur syukur kalau, mereka menemukan sendiri lingkungan yang baik. Tapi apabila bertemu dengan lingkungan yang salah, maka ini menjadi hal yang harus diperhatikan bagi orang tua.
3. Fase Remaja Akhir (18-24 tahun)
Pada fase remaja akhir, remaja akan lebih matang secara emosi dan fisik. Dalam hal menentukan sikap, mencari nasihat, ia seharusnya sudah bisa menentukannya secara matang. Pada fase ini, remaja telah memiliki gambaran awal tentang akan seperti masa depan mereka, cita-cita atau keinginan yang belum tergapai.
Sikap Orang Tua Mendampingi Anak Pada Masa Remaja
Menjadi Orang Tua Sahabat Anak
Orang tua memang memegang peranan sanngat penting akan pertumbuhan anaknya, dari masa kecil, bahkan hingga dewasa. Selama masa pertumbuhan dan perkembangan anak ini, orang tua harus berhati-hati agar jangan sampai membentuk luka pengasuhan bagi anaknya.
Luka pengasuhan orang tua yang belum diselesaikan, seringkali terbawa dalam mendidik anaknya, bahkan hingga saat remaja. Maka, agar bisa mendidik anak remajanya dan membantunya mendapatkan jati diri, orang tua harus selesai lebih dulu pada masalahnya sendiri.
Jangan menjadi orang tua galau
Orang tua galau, anakpun galau. Proses mendidik diri memang sepanjang hayat. Proses pencarian jati diri dan memenukan diri dengan versi terbaik, tidak selesai pada masa remaja. Maka orang tua, selesaikan dulu urusanmu sendiri agar bisa menjadi orang tua sahabat anak yang tidak mewarisi luka pengasuhan.
Jangan sampai menjadi orang tua yang galau, yang akan merembet pula kepada anaknya. Setidaknya, ada hal prinsip yang harus dimiliki orang tua untuk membekali anaknya mencari jati diri.
Komunikasi antara anak dan orang tua memang selalu menjadi kunci dalam pendidikan anak pada usia remaja. Ketika orang tua menempatkan diri sebagai sahabat, memiliki bahasa sama halnya dengan anaknya, membuka pintu sehingga anaknya mau menceritakan dan berkonsultasi pada orang tuanya sendiri.
Dalam ilmu parenting yang saya tahu, anak perempuan harus dekat dengan ayahnya, dan anak laki-laki harus menerima kehadiran dari ibunya. Hal ini akan membentuk mereka bahkan pada remaja. Satu hal yang saya tahu, ketika anak perempuan tidak mendapatkan sosok ayah dalam dirinya, ia akan “gampang tergoda” pada perhatian lawan jenisnya. Hal ini tentu saja akan berbahaya, jika anak tidak memiliki fondasi ruhani yang kuat.
Dua hal itu adalah minimal yang bisa dilakukan orang tua, agar anaknya tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak baik. Mencarikan lingkungan yang positif di luar rumah, juga harus didampingi dengan pembetukan lingkungan yang nyaman dan kondusif bagi anak. Penanaman nilai-nilai keagamaan dari dalam rumah, juga hendaknya sejalan dengan lingkungan terdekat anak dari luar rumah seperti sekolah dan komunitas yang diikuti. Mendidik anak adalah sepanjang masa, pembentukan karakter orang tua dan anak adalah sepanjang hayat.
Referensi:
- https://www.kompasiana.com/zidaneimanadin/639f43874addee3b8801b8b2/isu-isu-kenakalan-remaja-yang-ada-di-indonesia
- https://id.theasianparent.com/fase-remaja
- https://muslimah.or.id/8445-bagaimana-mendidik-anak-dalam-islam.html