Selamat malam teman-teman. Siapa di antara kita yang suka merasa kurang kalau melihat media sosial? Scrolling-scrolling status whatsapp, insta-story, status facebook, rasanya hanya melihat sebagian besar “kebahagian” yang ditampilkan oleh orang lain. Walhasil, kita selalu merasa kurang dan kurang daripada pencapaian orang lain. Ada yang mengalami rasa yang sama?
Ternyata, hal itu adalah wajar.
Ketika melihat orang lain telah lebih dahulu sukses dalam berkarir, atau melihat anaknya yang lebih pandai daripada yang kita punya, reaksi pertama memang kita menyadari pencapaian mereka. Selanjutnya, kita akan terpacu untuk melihat sisi, “Kita sudah dimananya?”, Di belakangnya atau didepannya? Apakah kita tertinggal? Ataukah kita satu langkah di depan?
Table of Contents
Bagaimana selanjutnya?
Hati kita akan mudah terpacu dengan bagaimana suasana hati kita saat itu. Jika sedang buruk, kita akan lebih mudah untuk menyalahkan diri sendiri. Menyalahkan kenapa kita seperti tertinggal dari orang lain. Sebaliknya jika hati kita sedang baik, maka kita tak akan sulit untuk berbahagia atas kebahagiaan orang lain. Rasa iri, dengki, hasad seakan sirna, dan kita biasanya tidak terlalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Terimalah Kekurangan Kita
Ya. Kita bukanlah sedang berloma dengan orang lain. Masing-masing sudah memiliki jalan hidup masing-masing. Ada yang sukses membuat kue dan kemudian menjualnya ke banyak orang. Ada yang sukses menulis lalu menerbitkan buku. Ada pula yang piawai membuat video yang bisa menginformasikan hal-hal sulit kepada orang yang bahkan sulit memahaminya. Maka, di saat kita punya kekurangan satu hal yang tidak kita miliki dari orang lain, sikap yang paling tepat adalah MENERIMA.
Gunakan Kekurangan Kita Sebagai Kekuatan
Saya percaya, kekurangan adalah kekuatan sepanjang kita bisa memanfaatkan kekurangan itu sebagai titik tolak. Saya yakin, tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna. Wanita yang bekerja, tentu punya kekurangan waktu quality time bersama anaknya. Mereka yang di rumah, dengan segala rutinitasnya bisa saja dihampiri kebosanan setiap harinya. Mereka yang merasa seperti selalu mendapatkan pengalaman buruk, yang dilakukan hanyalah mengubah kekurangan itu menjadi kekuatan.
Bagaimana Mengubah Kekurangan Menjadi Kekuatan?
1. Identifikasi peran kita
Setiap orang di dunia ini bukan diciptakan tanpa makna. Kita membawa peran sekecil apapun. Terlebih lagi seorang manusia dengan kelebihannya. Ini penting adanya. Tanpa mengetahui peran kita, kita akan selalu mengabaikan diri sendiri. Merasa terlalu rendah diri, dan melupakan bahwa sebetulnya kita punya peran yang besar meskipun terlihat kecil. Jika mungkin sekarang kita seperti tidak bisa apa-apa, tidak se-keren orang lain, kita mungkin belum mengakui peran kita. Cobalah renungkan dalam beberapa menit sebelum tidur, atau beberapa menit setelah kita bangun pagi.
2. Cari kelebihan dan kekurangan kita dimana
Setelah mengidentifikasi peran kita, maka langkah berikutnya adalah mencari kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Apapun itu, buatlah list dalam satu halaman. Kekurangan kita misalnya adalah tidak punya banyak waktu. Sedangkan kelebihan kita misalnya bisa bekerja melebihi waktu. Kekurangan lain adalah tidak bisa bertemu dengan banyak orang, tampil di depan umum, tapi lihai dalam menulis. Salah satu bentuk latihan yang bisa kita lakukan adalah menuliskannya secara harian dalam sebuah buku harian/ diary. Kitalah yang harus mengenali diri sendiri sebelum mengenali orang lain, bukan?
Ada kekurangan yang bisa kita usahakan untuk diubah, ada juga yang tidak. Belum memiliki pekerjaan yang mapan dan nyaman, mungkin kita telah mengidentifikasikannya. Maka, kita lihat lagi, sudah berapa jauh kita telah berusaha? Jangan-jangan kita hanya mencoba sekali gagal kemudian berhenti. Atau, melihat orang lain pintar membuat masakan tapi kita tidak bisa, maka kita cek kembali, apakah kita sudah berusaha sekeras mungkin dibandingkan orang lain itu? Percayalah, selama kita masih punya waktu dan kesempatan, jangan sampai kita sia-siakan. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Maka, dengan kemampuan diri sendiri sebisa mungkin kita ubah kekurangan kita, dengan memperhatikan limit kita masing-masing.
4. Jika perlu, mencari bantuan dari orang lain
Bagaimana jika kita sudah berusaha tapi tetap saja gagal? Mungkin ada saatnya kita mencari bantuan dari faktor eksternal. Ngobrol dengan teman yang nyaman bisa menjadi salah satu langkah untuk memperbincangkan kekurangan kita dan mencari solusinya. Selain itu, mencari komunitas-komunitas yang sejalan dengan apa yang kita inginkan bisa menjadi salah satu langkah untuk memperbaiki kekurangan kita.
Dari keempat langkah tadi, semakin membuat kita berfokus bahwa kekurangan bisa menjadi sebuah kekuatan. Kekuatan untuk kita melangkah, kekuatan kita untuk berubah, dan kekuatan bagi kita untuk memperbaiki diri. Jangan pernah merasa bahwa dengan kekurangan kita menjadi yang terjelek di dunia ini. Jangan pernah merasa bahwa dengan kekurangan kita tidak bisa melakukan apapun. Nyatanya, dengan kekurangan kita bisa berbuat dan bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Jadi, bagaimana teman-teman, apakah sudah menemukan kekurangan dan menjadikannya sebagai kekuatan?
5 Komentar. Leave new
Setuju, kita tidak sedang berlomba-lomba dengan orang lain, jadi untuk apa kita meratapi kekurangan kita?
Betul Mba
Langkah awal menerima kekurangan wujud welas asih pada diri sendiri. Legowo saat punya rezeki yang berbeda dengan yang ditampilkan orang-orang di media sosial, dan berbaik sangka kalau Allah sudah siapkan rezeki untuk kita dari jalur yang berbeda. Terima kasih tipsnya Kak Tia, good reminder <3
Aku mau highligjt tulisan Kak Thia bahwa ketika kita merasa ga se-keren orang lain itu karena kita belum mengenal peran atau potensi kita sendiri. INI VALID BANGET!!! Dulu aku juga begitu, tapi pas aku mulai mengenal siapa aku dan peran diri sendiri jadi lebih bersyukur dan merasa keren wkwkwkkwkwk
Kadang kita perlu juga direview oleh orang lain, tentang pencapaian kerja kita dan apa yg kita lakukan. Kuncinya memang harus selalu bersyukur, namun jngn lupa untuk terus berusaha. Thanks ka Thia SDH mengingatkan