Selamat malam, teman-teman. Sebelum memasuki weekdays yang padat, mari kita kembali melihat sejenak memori yang tersimpan pada beberapa barang yang kita simpan lama. Barang yang tak hanya kita inventarisir saja, tapi masih juga menyimpan rasa dan memori dalam benak yang terdalam, yaitu barang legend. Teman-teman adakah yang punya barang legend?
Sebuah al-quran terjemahan yang terkemas dalam ccover hitam rupanya menjadi salah satu barang legend saya. Melihatnya tidak hanya memberikan ruh tersendiri bagi jiwa yang kering, membacanya seperti peneduh bagi hati yang sedang dahaga, tapi juga tersirat memori di masa perkuliahan yang kental dengan ukhuwah dengan sahabat-sahabat tercinta.
Lalu, di dalam lemari, tersimpan sebuah gelang emas berukuran tak besar tapi juga tak kecil. Bukan gelang yang penuh dengan hiasan yang ramai, tapi hanya gelang sederhana, yang simpel tapi membawa ingatan mendalam. Sebuah akad yang terucap sekian tahun silam, menjadi pengingat akan ikatan yang kuat. Ya, gelang emas ini menjadi salah satu barang legend saya.
Berikutnya, jurnal usang dari jaman kuliah. Disadari ataupun tidak, saya memang dari dulu suka bikin corat-coret. Entah isinya perasaan senang, kesal, kecewa, sedih, dan hal-hal yang tak terungkap lainnya. Mau dibuang, tapi kok sayang. Mau dipindahkan, tapi kenangan memorinya masih tersimpan apik dalam rangkaian kata yang tertulis seadanya.
Selain barang-barang legend itu, rasa-rasanya sekarang barang sudah berganti semua. Iya, karena memang hidup berpindah salah satu alasan kenapa barang sudah berganti. Membeli barang baru bukan menjadi alasan untuk pamer, tapi memang sebuah kebutuhan yang mestinya bisa dicukupi. Namun, memindahkan barang legend rasanya masih enggan.
Menambah barang legend atau mengganti barang legend? Saya rasa, semakin hari kita akan membuat memori-memori baru. Mungkin pula dalam perjalanan kita akan ada barang-barang lainnya yang tentu saja membawa rasa tersendiri. Menambah barang legend sih, bisa-bisa saja. Hanya saja, kalau terlalu banyak barang, mau jadi apa rumah kita tentunya. Antara kepenuhan, atau kesesakan, yang meskipun tak begitu pula dengan kenangannya.
Setelah sekian tahun, mungkin rasanya ada barang-barang tertentu yang “sudah hilang memorinya”. Ya, itu tak mengapa. Mungkin memang itu saat yang tepat untuk melepas. Ada kalanya, kita perlu berani. Memindahkan barang dalam bentuk fisik, mengubahnya dalam bentuk digital. Atau, sekedar mengabadikannya dalam bentuk foto, jika dirasa memang barang itu sudah tidak diperlukan lagi. Terkesan mudah sih, tapi sudah dalam melaksanakannya.
5 Komentar. Leave new
Ngomongin soal barang legend emang enggak pernah luput dari kenangannya yang melekat. Kalau-kalau kangen sama memorinya, kadsng cuma dengan menyentuh atau melihat aja udah terobati. Xixi.
Bener kaak
Barang legenda, apalagi barangnya pemberian orang yang sudah tiada. Pasti bakal keingetan terus.
Membaca tulisan kak Thia, kenangan saya berkelana, mencari, barang legend apa yang pernah saya simpan sedemikian lama? Selain buku-buku sekolah yang tak akan pernah diizinkan untuk diloakkan
Barang kenangan tak akan bisa bergeser meski datang barang-barang terbaru dengan model dan kisahnya yang baru pula, ya kak